The Space Shuttle Challenger Disaster

28 Januari 1986, The Space Shuttle Challengers Disaster atau yang biasa sering disebut sebagai Musibah Challengers, pada detik ke 73, lebih tepatnya 73,162 detik setelah peluncuran meledak berkeping-keping, menyebabkan kematian 7 awak pesawat. Pesawat hancur di atas Samudera Atlantik. Kecelakaan ini membawa konsekuensi serius bagi kredibilitas NASA yang menyebabkan terhentinya shuttle program selama 32 bulan.

Disintegrasi seluruh pesawat mulai setelah segel O-Ring di kanan solid rocket booster gagal dilepas karena suhu yang tidak biasa dingin saat peluncuran (-0,6 Celcius). Satu dari dua roket pendorong miring dan menggores badan pesawat seketika timbul percikan api disusul meledaknya pesawat. Kemudian sebuah tim bernama The Rogers Commission dibentuk untuk menyelidiki kecelakaan ini. The Rogers Commission menemukan bahwa masalah dengan O-Ring tersebut ternyata telah diketahui oleh NASA.

Malam sebelum peluncuran, NASA dan para insinyur mengadakan telekonferensi yang membicarakan bagaimana suhu yang dingin di pagi hari dapat mempengaruhi performans dari O-Ring itu sendiri. Manajer NASA-pun mengetahui bahwa kontraktor desain SRB mengandung cacat yang berpotensi bencana di O-cincin sejak tahun 1977, tetapi mereka gagal untuk mengatasinya dengan benar. Segala argument insinyur yang mengatakan bahwa pesawat tidak siap untuk lepas landas ditolak semua oleh Manajer NASA dan peluncuran tetap dilaksanakan sesuai jadwal. 

Berdasar pada National Society of Professional Engineers (NSPE), banyak terjadi pelanggaran kode etik engineering seperti :
1. Pemaksaan peluncuran pesawat untuk terbang. (Tanggung jawab engineer dalam mengambil keputusan yang mengakibatkan kerugian keselamatan astronot, kesehatan dan kesejahteraan)
2. Keputusan untuk menunda peluncuran telah berkembang menjadi keputusan yang "tidak diinginkan" oleh anggota ditolak oleh tim Shuttle. ( Insinyur harus bertindak profesional bagi setiap pegawai atau klien.)
3. Tidak ada yang peduli dengan tujuan keselamatan akhir dan operasional pertama, hanya beberapa orang saja yang prihatin.

Jika saya berada di tim tersebut (Tim NASA) dan saya sudah mengetahui ada kesalahan dalam mesinnya, saya tidak akan memaksakan untuk terbang daripada mengancam keselamatan semua orang dan juga menjadi ancaman reputasi bagi NASA itu sendiri. Jika itu keharusan untuk terbang sesuai jadwal, saya tidak akan hanya diam mengetahui bahwa ada kesalahan dengan mesinnya, tetapi sebelum waktu peluncuran dilaksanakan, saya dan tim insinyur akan selalu cross-check ulang memastikan apakah sudah diperbaiki dan berfungsi dengan baik. Juga akan ada pertimbangan lebih lanjut dengan NASA mengenai peluncurannya di tengah cuaca extrim dingin yang dapat menyebabkan hal tidak terduga saat peluncuran.

Comments

Popular Posts